Sabtu, 21 November 2009

MUNKARA_T

olehTgk. H. Marhaban
Segala puji bagi Allah yang telah memberikan petunjuk kepada ummat melalui Kalam-Nya yang terjaga sepanjang masa dan menjanjikan fahala terhadap hamba yang mengikutinya serta ancaman kepada yang melangkahinya.
Shalawat dan Salam kepada Rasulullah yang menjamin kebenaran dalam kesepakatan ummatnya dan mengingatkan akan ancaman terhadap yang menentang kesepakatan ummatnya.
Selanjutnya kepada keluarga dan seluruh sahabat beliau yang telah menjaga Islam dengan seutuhnya dan juga kepada seluruh Ulama yang telah mencurahkan fikirannya untuk Islam sehingga masih utuh sampai masa kita sekarang walau tidak semurni aslinya karena telah terkikis oleh beberapa kepentingan yang tidak sesuai dengan tuntunan sunnah Rasulullah.
Kami selaku hamba yang lemah memohon bantuan dan petunjuk kepada Allah atas tanggung jawab yang dibebankan kepada kami, kami berusaha semampu kami untuk mewujudkan tulisan singkat ini guna untuk memenuhi materi kita pada hari ini. Tulisan ini merupakan kutipan dari karya Ulama terdahulu. Jika terdapat kesalahan, maka itu adalah kelemahan kami dalam memahami untaian kata yang sarat dengan makna.
Akhirnya kami memohon ampun kepada Allah atas kesalahan dan kesilapan dan memohon petunjuk dan hidayah-Nya dalam menyelesaikan materi ini.






MUQADDIMAH.
Seiring dengan bertambahnya umur dunia, agama telah berada dimasa yang sangat kritis sebagaimana disinyalir oleh Rasulullah bahwa Islam pada akhir zaman merupakan sesuatu yang asing. Namun demikian, saat ini di dunia secara umum dan di Propinsi kita lebih khusus semua pihak berusaha mempertahankan dan meningkatkan pengaplikasian Islam secara kaffah. Hal ini mungkin dilandasi oleh kesadaran berbagai pihak akan asingnya Islam dalam kehidupan.
Islam merupakan agama yang berlandaskan kepada ketauhidan (mengesakan Allah). Iman dan Islam merupakan dua sisi yang tidak dapat dipisahkan antara satu sama lain, karena tuntutan pertama dalam Islam adalah mengakui Allah sebagai tuhan dan Nabi Muhammad sebagai utusan-Nya yang merupakan inti dari iman. Secara ringkas iman dapat dirumuskan dengan “mengakui dan meyakini terhadap apa saja yang dibawakan oleh Nabi saw” sehingga konsekwensi dari mengingkarinya adalah keluar dari bingkai iman.
Harus diakui bahwa Islam dalam masyarakat kita saat ini sudah terasa begitu hambar, tidak lagi telihat pengaruhnya dalam mewarnai sendi-sendi kehidupan, maka mayarakat pada umumnya tidak memperdalam ilmu pengetahuan agama sehingga dikhawatirkan terjadinya pelanggaran-pelanggaran vital yang menyebabkannya keluar dari Islam. Diantaranya, mengingkari (pengingkaran langsug maupun tidak langsung) hal-hal yang datang dari Rasulullah saw.

MUNKARA_T
Munkara_t secara etimologi berasal dari kata inka_r yang berarti mengingkari, menyangkal, menolak, atau meniadakan. Secara terminologi syar`i adalah mengingkari atau menyangkal apa saja yang telah disampaikan Rasulullah Saw.
Termasuk mengingkari adalah meragukan atau tidak mengi’tiqadkan kebenaran segala hal yang telah ditetapkan oleh Rasulullah Saw. Pengingkaran ini disebut mendustakan Rasullullah Saw, maka tidak ada keraguan bahwa setiap orang yang mendustakan Rasulullah Saw merupakan orang-orang yang tidak dianggab sebagai orang beriman, Na’uzubillah.
Hal-hal yang terlarang untuk diinkari sangat banyak, namun untuk menentukan standarnya kita dapat meminjam dari Syeikh Ibrahim Bajuri ;”Siapa saja yang meningkari suatu hukum yang telah diijma’kan dengan ijma’ yang qath’i yang telah ma’lum dalam agama secara dharuri adalah menjadi kafir”.
Jadi yang sangat terlarang adalah mengingkari suatu hukum yang telah terjadi konsesus ulama. Konsesus tersebut adalah yang qath’i, artinya yang tidak diragukan legalitasnya, baik itu dalam hal I`tiqadiyah ataupun furu`iyah. Tidak menjadi kufur sebab mengingkari Ijma’ Sukuti, karena Ijma’ Sukuti tidak diijma’kan terhadap kehujjahannya. Ijma’ ini pun dikaitkan dengan keadannya ma’lum dalam agama secara dharuri, artinya sudah diketahui umum, tidak hanya terbatas pada orang-orang yang khas (baca Ulama).



BAB I
I`TIQADIYAH
I`tiqadiyah merupakan kata yang dinisbahkan kepada kata i`tiqad yang berarti keyakinan atau kepercayaan . I`tiqadiyah adalah hal yang berkaitan dengan keyakinan. I`tiqadiyah yang dimaksudkan dalam tulisan ini adalah hal yang berkenaan dengan keyakinan seorang muslim terhadap ashal `aqidah (iman) yang mengakibatkan orang yang mengingkari keluar dari Islam atau dianggap kafir. Hal-hal yang menyebabkan seseorang menjadi kafir dari sisi I`tiqadiyah adalah :
1. Mengingkari Allah
Mengingkari Allah dapat terjadi dari dua sisi, yaitu :
1.1. Mengingkari Zat Allah
Allah adalah nama bagi zat yang telah menciptakan sekalian alam beserta isinya yang mempunyai kekuasaan mutlak yang tidak terbantahkan yang berhak untuk disembah oleh sekalian hamba-Nya. Dalam Al-Qur’an surat Yunus ayat : 3
•                                 
Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, Kemudian dia bersemayam di atas 'Arsy untuk mengatur segala urusan. tiada seorangpun yang akan memberi syafa'at kecuali sesudah ada izin-Nya. (Dzat) yang demikian Itulah Allah, Tuhan kamu, Maka sembahlah Dia. Maka apakah kamu tidak mengambil pelajaran?
Ashal `aqidah Islam yang pertama adalah mengakui dengan seyakin-yakinnya bahwa Allah adalah tuhannya, tidak mengakui Allah sebagai tuhan yang patut untuk disembah mengakibatkan seseorang diangap kafir karena ia tidak mempunyai landasan berpijak dalam agama Islam. Dalam Al-Qur’an Surat Hud ayat : 18
                         
Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang membuat-buat dusta terhadap Allah?. mereka itu akan dihadapkan kepada Tuhan mereka, dan para saksi* akan berkata: "Orang-orang inilah yang Telah berdusta terhadap Tuhan mereka". Ingatlah, kutukan Allah (ditimpakan) atas orang-orang yang zalim,
*Maksud para saksi di sini ialah: malaikat, nabi-nabi dan anggota-anggota badannya sendiri.
Dalam Al-Qur’an Surah Al-Jatsiah ayat 23 :
                       
Dan mereka berkata: "Kehidupan Ini tidak lain hanyalah kehidupan di dunia saja, kita mati dan kita hidup dan tidak ada yang akan membinasakan kita selain masa", dan mereka sekali-kali tidak mempunyai pengetahuan tentang itu, mereka tidak lain hanyalah menduga-duga saja.

1.2. Mengingkari Sifat Allah
Mengingkari sifat Allah yang ijma’i juga bisa mengakibatkan seseorang menjadi kafir. Sifat-sifat tersebut yakni :
Wujud, Qidam, Baqa, Mukhalafatuhu lilhawadist, dll. Adapun jika menafikan sifat Allah yang tidak di’ijma’kan maka tidak menjadi kafir.
2. Mengingkari Malaikat
Malaikat merupakan makhluk yang diciptakan Allah dari nur untuk menyembah-Nya, kepada mereka Allah tidak memberikan hawa nafsu, sehingga tidak ada pembangkangan dari mereka terhadap seluruh perintah Allah.
Tentang adanya para malaikat Allah berfirman dalam Al-Qur’an surat an-Nisa’ ayat : 136
        •                  •   
Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan rasul-Nya dan kepada Kitab yang Allah turunkan kepada rasul-Nya serta Kitab yang Allah turunkan sebelumnya. barangsiapa yang kafir kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari Kemudian, Maka Sesungguhnya orang itu Telah sesat sejauh-jauhnya.
Dalam ayat tersebut jelas sekali Allah melarang mengingkari terhadap para malaikat.
3. Mengingkari Kitab
Kitab adalam firman Allah yang diturunkan kepada Rasul dan Nabi melalui malaikat jibril. Kitab yang wajib diyakini oleh muslim ada empat yaitu Taurat, Zabur, Injil dan al-Quran. Taurat diturunkan kepada Nabi Musa a.s. Zabur diturunkan kepada Nabi Daud a.s. Injil diturunkan kepada Nabi Isa a.s. dan al-Quran diturunkan kepada Nabi akhir zaman Muhammad s.a.w. Selain Kitab-kitab yang telah disebutkan Allah juga menurunkan 100 suhuf.
3.1. Mengingkari Adanya Kitab
Kita meyakini bahwa Allah menurunkan kitab bagi kita hamba-Nya sebagai pedoman dalam menempuh hidup di dunia, baik untuk kebahagiaan dunia maupun akhirat. Kitab-kitab tersebut Allah turunkan melalui para rasul untuk disampaikan kepada kita umat manusia. Al-Quran surat an-Nisa` ayat : 136
        •                  •   
Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan rasul-Nya dan kepada Kitab yang Allah turunkan kepada rasul-Nya serta Kitab yang Allah turunkan sebelumnya. barangsiapa yang kafir kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari Kemudian, Maka Sesungguhnya orang itu Telah sesat sejauh-jauhnya.
3.2. Mengingkari Kebenaran Kitab
Kita juga wajib meyakini bahwa kitab-kitab yang Allah turunkan, yakni Taurat, Zabur, Injil dan Al-Qur’an semuanya menyampaikan kebenaran, tidak sedikitpun mengandung keraguan padanya. Al-Quran surat al-Baqarah ayat : 2
         
Kitab (Al Quran) Ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa.
Al-Quran surat al-Baqarah ayat : 89
                  •         
Dan setelah datang kepada mereka Al Quran dari Allah yang membenarkan apa yang ada pada mereka*, padahal sebelumnya mereka biasa memohon (kedatangan Nabi) untuk mendapat kemenangan atas orang-orang kafir, Maka setelah datang kepada mereka apa yang Telah mereka ketahui, mereka lalu ingkar kepadanya. Maka la'nat Allah-lah atas orang-orang yang ingkar itu.
*Maksudnya kedatangan nabi Muhammad s.a.w. yang tersebut dalam Taurat dimana diterangkan sifat-sifatnya.
3.3. Mengingkari Suhuf
Allah Ta’ala juga menurunkan shuhuf-shuhuf kepada para Nabi dan Rasul, yakni : Nabi Syits 60 Shuhuf, Nabi Ibrahim : 30 Shuhuf, dan Nabi Musa 10 Shuhuf. Yang wajib diimani (tidak boleh diingkari) adalah terhadap turunnya shuhuf. Sedangkan terhadap jumlah shuhuf merupakan masalah yang diikhtilafkan diantara para ulama.
Dalam al-Quran surah al-A`la ayat 18 dan 19 :
•         
18. Sesungguhnya Ini benar-benar terdapat dalam kitab-kitab yang dahulu,
19. (yaitu) kitab-kitab Ibrahim dan Musa
Dalam surah Al-Najmu ayat 36 :
       
Ataukah belum diberitakan kepadanya apa yang ada dalam lembaran- lembaran Musa?

4. Mengingkari Rasul
Rasul adalah laki-laki pilahan yang diwahyukan oleh Allah dengan satu syari`at dan diperintahkan untuk menyampaikan risalahnya kepada ummat manusia sekalipun dtidak diturunkan kepadanya kitab. Jika tidak diperintahkan untuk menyampaikan risalah yang diturunkan kepadanya maka dinamakan dengan Nabi
4.1. Mengingkari Bi`tsah Rasul
Setiap mukallaf wajib meyakini bahwa Allah Ta’ala telah mengutus para rasul sebagai karunia dan rahmat dari Allah kepada hamba-Nya, agar mereka dapat memahami syari’at dan hukum-hukum.
Para rasul yang wajib diimani tersebut ada dua puluh lima, karena merekalah yang disebutkan dalam Al-Qur’an. Maka orang yang mengingkari seorang saja dari mereka akan menjadi kafir.
Sedangkan jumlah rasul seluruhnya adalah 315 atau 314 . Al-Quran Surat as-Sabak ayat 45
               
Dan orang-orang yang sebelum mereka Telah mendustakan sedang orang- orang kafir Mekah itu belum sampai menerima sepersepuluh dari apa* yang Telah kami berikan kepada orang-orang dahulu itu lalu mereka mendustakan rasul-rasul-Ku. Maka alangkah hebatnya akibat kemurkaan-Ku.
*Maksud dari sepersepuluh dari apa yang Telah kami berikan kepada mereka ialah pemberian Tuhan tentang kepandaian ilmu pengetahuan, umur panjang, kekuatan jasmani, kekayaan harta benda dan sebagainya.
Al-Quran Surat an-Nisa` ayat : 136
        •                  •   
Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan rasul-Nya dan kepada Kitab yang Allah turunkan kepada rasul-Nya serta Kitab yang Allah turunkan sebelumnya. barangsiapa yang kafir kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari Kemudian, Maka Sesungguhnya orang itu Telah sesat sejauh-jauhnya.
4.2. Mengingkari Sifat-sifat Rasul
Bagi setiap mukallaf juga diwajibkan meyakini sifat-sifat para Rasul, baik yang wajib, yang jaiz maupun yang mustahil .
4.3. Mengingkari `Ishmah Rasul
Tidak boleh bagi seorang mukallaf mengingkari Ishmah Rasul. Ishmah adalah pemeliharaan Allah ta’ala terhadap mukallaf dari terjadi dosa, beserta mustahil terjadi dosa padanya .
4.4. Mengingkari Mu’jizat
Mu`jizat adalah peristiwa luar biasa yang disertai dengan dakwa risalah . Mu`jizat tersebut merupakan legalitas dari Allah, karena setiap utusan Allah mempunyai mu`kizat-mu`jizat tersendiri sesuai dengan kondisi dan tempat mereka diutus.
5. Mengingkari Hari Kiamat
Kiamat adalah hari dibangkitkan manusia dari alam kubur untuk mempertanggung jawabkan seluruh amalan yang telah dikerjakannya selama hidup di dunia. Dinamakan hari tersebut dengan kiamat (Bhs. Arab qiyamah), karena pada hari itu manusia dihadapkan (diqiyamkan) untuk mempertanggunga jawab amalannya.
5.1. Mengingkari Adanya Hari Akhirat
Allah swt telah menyatakan dalam Al-Qur’an bahwa hari kiamat pasti akan tiba, yang mana pada hari tersebut setipa jiwa akan dibalas sesuai dengan perbuatannya selama di dunia. Dalam al-Quran Surat ath-Thaha ayat : 15
•          
Segungguhnya hari kiamat itu akan datang Aku merahasiakan (waktunya) agar supaya tiap-tiap diri itu dibalas dengan apa yang ia usahakan.
Maka terlarang hukumnya bagi kita mengingkari adanya hari kiamat. Dalam AL_Qur’an Surat Al-Furqan ayat : 11
        • 
Bahkan mereka mendustakan hari kiamat. dan kami menyediakan neraka yang menyala-nyala bagi siapa yang mendustakan hari kiamat.
5.2. Mengingkari Hal-ihwal Kiamat
Hal-ihwal kiamat adalah sesuatu yang terjadi dan terdapat pada hari kiamat, seperti Hasyar (bangkit dari alam kubur) Hisab (ditimbangnya amal baik dan buruk) Mizan (timbangan) Surga, Neraka, Sirath dll. Al-Quran Surat an-Naml ayat : 83
    •       
Dan (Ingatlah) hari (ketika) kami kumpulkan dari tiap-tiap umat segolongan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat kami, lalu mereka dibagi-bagi (dalam kelompok-kelompok).
Al-Quran Surat an-Nisa` ayat : 56-57
•           •                •                 
56. Sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada ayat-ayat kami, kelak akan kami masukkan mereka ke dalam neraka. setiap kali kulit mereka hangus, kami ganti kulit mereka dengan kulit yang lain, supaya mereka merasakan azab. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
57. Dan orang-orang yang beriman dan mengerjakan amalan-amalan yang Shaleh, kelak akan kami masukkan mereka ke dalam surga yang di dalamnya mengalir sungai-sungai; kekal mereka di dalamnya; mereka di dalamnya mempunyai isteri-isteri yang suci, dan kami masukkan mereka ke tempat yang teduh lagi nyaman.

6. Mengingkari Taqdir
Mengingkari taqdir adalah tidak mengakui bahwa segala Sesutu yang terjadi di alam merupakan ketentuan yang ditetapkan oleh Allah, baik itu sesuatu yang bermamfaat maupun yang mudharat. Asshafat 96
    
Padahal Allah-lah yang menciptakan kamu dan apa yang kamu perbuat itu".

7. Lain-lain
Sangat banyak hal-hal lain yang berkenaan dengan keimanan, apabila seseorang mengingkarinya akan mengakibatkan ia menjadi kafir, seperti mengingkari azab kubur, kembalinya jasad seperti sedia kala, Khabar mutawatir, I`jaz al-Quran, ayat al-Quran, persahabatan Abu Bakar ash-Shiddiq seperti yang tergambar dalam al-Quran surat at-Taubah ayat 41, dan laim-lain sebagainya.


BAB II
FURU`IYAH
Selain dalam masalah i’tiqadiyah, seseorang bisa juga menjadi kafir karena mengingkari hukum-hukum fiqh yang ijma’ yang dharuri. Karena mengingkari hal-hal tersebut termasuk mendustakan Rasulullah, karena Rasulullah telah mengatakan :”bahwa umat beliau tidak pernah ijma’ terhadap hal yang salah’.
Termasuk menghalalkan yang haram dan mengharamkan yang halal yang diijmakkan terhadapnya merupakan penyebab terjadinya kekufuran.

1. Mengingkari Yang Wajib.
Mengingkari perkara-perkara yang wajib yang ijma’ secara dharuri menyebabkan kekufuran, seperti mengingkari Shalat maktubah, zakat, puasa dan haji. Mengingkari wajib iddah, dll.
2. Mengingkari Yang Halal
Meningkari hal-hal yang halal seperti jual beli, dan nikah juga menyebabkan kekufuran. Karena melazimi kepada mendustakan nabi.
3. Mengingkari Yang Haram
Menginkari yang haram juga menjadikan kekufuran, seperti mengingkari haram riba, zina dan liwath.
4. Mengingkari Sunat
Mengingkari sunat yang ijma’ juga menjadikan kafir, seperti mengingkari sunat rawatib, dan sunat hari raya.


KESIMPULAN
Dari uraian yang tersebut diatas hal yang menyebabkan kekufuran bisa di ringkaskan dalam kalimat singkat yang mencakup seluruh penyebab kekufuran yaitu ; Meingkari apa saja yang telah dibawakan oleh Nabi Muhammad s.a.w. Karena apa saja yang terjadi pada Rasulullah, perkataan, perbuatan dan juga pengakuan beliau merupakan syari`at terhadap ummatnya. Ummat memahami hal yang berkenaan dengan i`tiqadiyah dan furu`iyah dari beliau, karena beliaulah yang membawa risalah dari Allah kepada kita. Jika seseorang mengingkari Nabi dan apa yang dibawakan olehnya maka ia telah mengingkari kewajiban yang dituntut terhadapnya, baik berupa i`tiqad maupun furu` syari`at.
Demikianlah tulisan singkat ini kami buat, atas limpahan Rahmat-Nya kami selaku hamba mengucapkan Alhamdulillah. Semoga tulisan ringkas ini bermamfaat bagi kita semua. Amin ya Rabbal `alamin.

maraji`

Al-Quran al-Karim.
Atabik Ali dan Ahmad Zuhdi Muhdlor, Kamus Kontemporer Arab-Indonesia, Multi Karya Grafika, Yogyakarta, Cet. IV, 1998.
Syaikh abi Bakr Syatha, I’anatu Al-Thalibin, Thoha Putera Semarang
Syaikh al-`Allamah al- Hudhudy, Hudhudy `ala Sanusiyah, Thoha Putera Semarang
Syaikh Ibrahim Bajuri, Tuhfatu Al-Murid, Darul Ihya Kutub Al-Arabiyah Indonesia.
Syaikh Syarqawy, Hasyiyah Syarqawi `ala Hudhudy, Toha Putra, Semarang.
Zainuddin al-Malibary, Fath al-Mu`in, Juz. I, Hal. 12-13, Thoha Putera Semarang

Share/Bookmark

Artikel yang berkaitan



0 komentar:

Posting Komentar

komentar anda?